MERAJUT DISIPLIN.
Pada dasarnya masyarakat yang ada di perkotaan seharusnya lebih mengerti peraturan dan perundang-undangan yang berlaku bila dibandingkan dengan masyarakat yang ada di pedesaan. Tapi faktanya justru masyarakat yang ada di perkotaan lebih banyak yang melanggar peraturan itu sendiri.
Masyarakat perkotaan saat ini sudah bersifat individualis dan seolah olah tidak menghiraukan keadaan di sekitarnya, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak kenal dengan tetangganya sendiri, apalagi yang hidup di perumahan-perumahan mewah.
Belum lagi kalau kita bicara masalah ketertiban dan disiplin, sungguh sangat memprihatinkan.
Bahu jalan dan trotoar yang sebenarnya diperuntukkan buat pejalan kaki malah dibuat berjualan, sehingga selain menghilangkan fungsi trotoar juga membuat jalan menjadi semrawut dan macet.
Tidak jarang diadakan penertiban oleh Satpol-PP, bahkan ada rombong berikut dagangannya yang dibawa petugas namun begitu petugas berlalu mereka kembali menggelar dagangannya.
Masalah disiplin pun membuat hati ini miris bagaimana tidak, para pengendara sepeda motor dengan seenaknya sendiri berkendara melawan arus tanpa memakai helm berboncengan lebih dari satu tanpa menghiraukan keselamatan dirinya sendiri dan orang lain.
Aparat kepolisian sudah terlalu sering mengadakan razia kendaraan bermotor, sudah banyak yang terjaring tapi tetap saja tidak cukup membuat jera. Mereka hanya takut saat ada petugas bukan taat pada peraturan.
Hal ini seharusnya yang menjadi perhatian kita semua untuk merajut dan menanamkan kembali disiplin pada masyarakat khususnya kalangan remaja dan anak-anak sedini mungkin. Apabila disiplin sudah tertanam dalam jiwa, maka rasa kepedulian terhadap lingkungan dan ketertiban akan muncul dengan sendirinya.
Intinya untuk membuat masyarakat tertib dan disiplin membutuhkan peran aktif orangtua sebagai panutan serta adanya pembinaan dikalangan remaja dan anak-anak maka akan terwujud masyarakat yang sadar akan ketertiban dan mempunyai disiplin yang tinggi.
.
Masyarakat perkotaan saat ini sudah bersifat individualis dan seolah olah tidak menghiraukan keadaan di sekitarnya, tidak jarang dalam kehidupan sehari-hari mereka tidak kenal dengan tetangganya sendiri, apalagi yang hidup di perumahan-perumahan mewah.
PKL yang di trotoar. |
Belum lagi kalau kita bicara masalah ketertiban dan disiplin, sungguh sangat memprihatinkan.
Bahu jalan dan trotoar yang sebenarnya diperuntukkan buat pejalan kaki malah dibuat berjualan, sehingga selain menghilangkan fungsi trotoar juga membuat jalan menjadi semrawut dan macet.
Tidak jarang diadakan penertiban oleh Satpol-PP, bahkan ada rombong berikut dagangannya yang dibawa petugas namun begitu petugas berlalu mereka kembali menggelar dagangannya.
Masalah disiplin pun membuat hati ini miris bagaimana tidak, para pengendara sepeda motor dengan seenaknya sendiri berkendara melawan arus tanpa memakai helm berboncengan lebih dari satu tanpa menghiraukan keselamatan dirinya sendiri dan orang lain.
Aparat kepolisian sudah terlalu sering mengadakan razia kendaraan bermotor, sudah banyak yang terjaring tapi tetap saja tidak cukup membuat jera. Mereka hanya takut saat ada petugas bukan taat pada peraturan.
Menanamkan disiplin sedini mungkin. |
Hal ini seharusnya yang menjadi perhatian kita semua untuk merajut dan menanamkan kembali disiplin pada masyarakat khususnya kalangan remaja dan anak-anak sedini mungkin. Apabila disiplin sudah tertanam dalam jiwa, maka rasa kepedulian terhadap lingkungan dan ketertiban akan muncul dengan sendirinya.
Intinya untuk membuat masyarakat tertib dan disiplin membutuhkan peran aktif orangtua sebagai panutan serta adanya pembinaan dikalangan remaja dan anak-anak maka akan terwujud masyarakat yang sadar akan ketertiban dan mempunyai disiplin yang tinggi.
.
Semakin maju
BalasHapus