SURABAYA SEBAGAI KOTA PLURALISME

     Surabaya sebagai kota terbesar  kedua setelah Jakarta sudah pasti menjadi tujuan utama bagi masyarakat luarkota dan juga masyarakat lain provinsi untuk mencari pekerjaan maupun yang melanjutkan pendidikan.
     Surabaya tidak hanya dihuni oleh suku Jawa, banyak suku yang berbaur di kota ini, ada Sunda, Padang, Papua, Banjarmasin,  Ambon dan juga Madura yang paling banyak khususnya di kawasan Surabaya Utara.
Tidak mengherankan bila kota ini jadi tujuan, sejak jaman kerajaan sampai masa penjajahan kota ini sangat strategis karena letak geografisnya yang dekat pantai sehingga menjadikan kota pelabuhan ini menjadi salah satu pintu masuk perdagangan. Daerah perdagangan di wilayah Utara Surabaya seperti di kembang Jepun dan pasar atom banyak dihuni  etnis China ,  di sekitar masjid Ampel kebanyakan orang orang Arab. Sementara di pasar Pabean mereka berbagi lapak, orang China banyak yang berjualan kain dan sembako, orang Arab berjualan jilbab dan perlengkapan solat, orang Madura dan Jawa banyak yang berjualan makanan, bumbu dapur dan keperluan sehari-hari. Dengan keberagaman suku yang ada maka beragam pula masakan dan kulinernya.
     Selain dikenal sebagai kota pahlawan, kota ini juga disebut sebagai kota INDAMARDI yaitu Industri, perdagangan, maritim dan pendidikan.
Sehingga masyarakat nya sangat majemuk. Bahasa keseharian pun sangat bervariasi.
Surabaya punya bahasa suroboyoan yang mudah dipahami dan digunakan sebagai bahasa keseharian dikalangan masyarakat. Kalau mereka bertemu dan bercengkerama dengan orang se daerahnya maka mereka menggunakan bahasa leluhurnya,
     Sesuatu yang indah di kota  yang yang berpenduduk lebih dari 3,5 juta ini dengan beragam suku dan bahasa tapi tetap aman  damai serta mengedepankan solidaritas. Kerukunan dan kebersamaan dalam kehidupan sehari-hari perlu jadi contoh dan tauladan bagi kota lainnya.
Semangat gotong royong dan saling  menghargai menjadi pengikat diantara mereka.
    Perbedaan suku, ras, bahasa dan agama justru menjadikan Surabaya sebagai kota yang nyaman dan aman.
Maka tidak ada salahnya bila Surabaya juga disebut sebagai kota PLURALISME.
Surabaya, 18 September 2019.
Ariyadi Sunaryo
KIM UJUNG MANDIRI.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MASYARAKAT SUDAH CERDAS

HALAL BIHALAL KELURAHAN UJUNG

CANGKRUAN.