TRADISI MEMPERINGATI MAULID DI KAMPUNG.
Memperingati maulid nabi besar Muhammad Saw bagi masyarakat muslim, selalu ramai dan menjadi tradisi turun temurun dari para pendahulu kita.
Biasanya acara maulid dilakukan oleh orang yang mampu serta mengundang tetangga dan selain mendapat berkat, masih ada barang seperti kaos, tepak makan bahkan uang yang digantung untuk direbut.
Bagi masyarakat yang kurang mampu bukan berarti tidak ikut memperingati maulid nabi, hampir setiap kampung selalu memperingati bersama sama dan biasanya tempatnya di mushalah atau di gang, bukan hanya orang dewasa saja yang hadir anak anak juga ikut meramaikan.
Masyarakat beramai ramai membawa buah buahan yang ditaruh di nampan atau cobek.
Pada jaman dahulu buah buahan itu ditaruh di "ancak" yang terbuat dari pelepah daun pisang dan ada anyaman bambu dibawahnya.
Setelah membaca salawat nabi dan "sarakalan", buah buahan yang diletakkan di tengah tengah masyarakat langsung menyerbu berebutan mengambil "ancak". Bagi yang pendiam hanya bisa melihat dan tidak mendapat apa-apa.
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi rebutan sudah tidak lagi dilakukan. Buah buahan yang dibawa masyarakat di kumpulan dulu di mushallah dan di bagi sehingga semua yang datang kebagian rata.
Namun tidak mengurangi kemeriahan dan esensi dari kegiatan tersebut.
Memaknai peringatan maulid nabi Muhammad Saw, bukan hanya mengenang dan membaca salawat buat beliau saja, tapi harusnya kita bisa meneladani mulai dari sikap, tindakan dan perilaku beliau untuk dicontoh dan diterapkan sehari hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Biasanya acara maulid dilakukan oleh orang yang mampu serta mengundang tetangga dan selain mendapat berkat, masih ada barang seperti kaos, tepak makan bahkan uang yang digantung untuk direbut.
Bagi masyarakat yang kurang mampu bukan berarti tidak ikut memperingati maulid nabi, hampir setiap kampung selalu memperingati bersama sama dan biasanya tempatnya di mushalah atau di gang, bukan hanya orang dewasa saja yang hadir anak anak juga ikut meramaikan.
Masyarakat beramai ramai membawa buah buahan yang ditaruh di nampan atau cobek.
Buah buahan yang dibawa masyarakat |
Pada jaman dahulu buah buahan itu ditaruh di "ancak" yang terbuat dari pelepah daun pisang dan ada anyaman bambu dibawahnya.
Setelah membaca salawat nabi dan "sarakalan", buah buahan yang diletakkan di tengah tengah masyarakat langsung menyerbu berebutan mengambil "ancak". Bagi yang pendiam hanya bisa melihat dan tidak mendapat apa-apa.
Namun seiring berjalannya waktu, tradisi rebutan sudah tidak lagi dilakukan. Buah buahan yang dibawa masyarakat di kumpulan dulu di mushallah dan di bagi sehingga semua yang datang kebagian rata.
Namun tidak mengurangi kemeriahan dan esensi dari kegiatan tersebut.
Memaknai peringatan maulid nabi Muhammad Saw, bukan hanya mengenang dan membaca salawat buat beliau saja, tapi harusnya kita bisa meneladani mulai dari sikap, tindakan dan perilaku beliau untuk dicontoh dan diterapkan sehari hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Komentar
Posting Komentar